Selasa, 31 Desember 2013

calung

calung

alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung disebuat Calung . Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dariawi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.

B.    SEJARAH
Jika ditelisik lebih jauh lagi, calung menurut Kamus Umum Bahasa Sunda adalah tatabeuhan tina awi guluntungan, aya siga gambang, aya nu ditiir sarta ditakolan bari dijinjing. Nah, dari pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa calung adalah sejenis alat musik yang terbuat dari bambu, yang dimainkan dengan cara memukul sembari dijinjing. Calung juga mempunyai pengertian lainnya, yakni seni pertunjukan.
Nah, seni pertunjukannya ini tentunya dengan menggunakan alat pokoknya calung. Lantas, apa yang membedakan antara calung dan angklung? Karena merupakan sebuah prototipe dari angklung, perbedaannya hanya dari cara memainkannya. Jika bermain angklung dilakukan dengan cara digoyangkan, calung dimainkan dengan cara dipukul.
Tentu saja bahan untuk membuat calung dan angklung ini sama, yakni bambu. Agar suara yang dihasilkannya bagus, bambu tersebut dipilih dengan baik. Biasanya, bambu yang digunakannya adalah jenis awi wulung danawi temen.
Bermain calung tentunya tidak sembarang kita memukulnya. Ada beberapa hal dasar yang harus kita ketahui. Nah, salah satu di antaranya adalah memukul bilahan bambu yang disusun menurut tangga nada, yakni da-mi-na-ti-la. 


C.    JENIS – JENIS CALUNG
Dalam perkembangannya, alat musik calung sunda memiliki dua jenis, yaitu calung rantay dan calung jinjing. Calung rantay biasanya dimainkan dengan cara bersila. Calung rantay dibuat dengan cara menderetkan beberapa bilah bambu dengan susunan berbaris, dari yang terkecil sampai terbesar.
Berbeda dengan calung rantay, calung jinjing dimainkan dengan cara dijinjing. Pembuatannya calung ini pun dilakukan dengan cara menderetkan bilah bambu, kemudian disatukan dengan bambu kecil. Nah, calung jinjing ini bentuknya sama dengan yang kita kenal sekarang. Kedua jenis calung tersebut merupakan hasil apresiasimasyarakat terhadap perkembangan seni calung. 

1. Calung Rantay
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak “dudukan” khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
2. Calung Jingjing
Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek dan solorok.


D.    Fungsi Calung
Tentunya berbagai alat musik yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda-beda. Pada awalnya, calung berfungsi sebagai sarana upacara ritual masyarakat sunda. Calung difungsikan sebagai alat pengiring dalam upacara adat seperti mapag sri. Selain sebagai media upacara ritual, calung pun berfungsi sebagai alat hiburan dan seni pertunjukan.
Dalam perkembangannya, fungsi calung bergeser pada fungsi yang terakhir, yakni sebagai seni pertunjukan. Sebagai seni pertunjukan yang menggunakan alat pokok calung, calung telah melahirkan beberapa seniman. Kita lihat saja seniman asal Jawa Barat, Hendarso (Darso), yang menunjukkan bakat seninya yang diiringi dengan calung. 
Sebenarnya, para inohong Sunda sangat bergembira dengan munculnya Darso. Darso telah dianggap mempopulerkan calung sebagai alat musik tradisional sunda. Gaya seni pertunjukan Darso ternyata telah merasuk kepada para penerus musik tradisional sunda. Untuk mengikuti perkembangan zaman, sekarang calung telah dipadukan dengan jenis musik tertentu, yakni dangdut.
Ada sebutan yang menarik bagi jenis musik calung ini, yaitu caldut (calung dangdut). Namun, apapun bentuk dan jenisnya, hal tersebut ternyata dapat melangsungkan keberadaan alat musik tradisional Jawa Barat ini. Di samping pelestarian alat musik tradisional ini yang dilakukan oleh Paguyuban Seni Calung (PSC) Jawa Barat. 

E.     Perkembangan Calung
Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal secara umum yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada masyarakat Sunda di daerah Sindang Heula – Brebes, Jawa tengah, dan bisa jadi merupakan pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun di Jawa Barat, bentuk kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa Universitas Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini melalui kreativitasnya pada tahun 1961. Menurut salah seorang perintisnya, Ekik Barkah, bahwa pengkemasan calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami oleh bentuk permainan pada pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh, gerak dan lagu dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk permainan dan tabuh calung lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub Teater Bandung (STB; Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 – 1965 calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan di UNPAD sebagai seni pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi (penyuluhan (Oman Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-kawan), dan grup calung SMAN 4 Bandung (Abdurohman dkk). Selanjutnya bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung, misalnya Layung Sari, Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan nama-nama idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso.
Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada penambahan beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.
Calung yang hidup dan dikenal masyarakat sekarang merupakan prototipe dari angklung yang cara menabuhnya berbeda dengan angklung , cara menabuh calung yaitu dengan memukul-mukul batang ( wilahan ) dari ruas-ruas atau tabung bambu yang tersususn menurut titi laras ( tangga Nada ) penta tonik ( da mi na ti la da )
Ada dua bentuk calung Sunda yaitu calung rantay dan calung Jinjing waditra calung jinjing terbuat dari bahan bambu hitam ( awi hideung) dan seperangkat calung jinjing yang digunakan da;lam pertunjukan biasa bertangga nada Salendro ( bertangga nada Pelog ) serta Madenda ( nyorog ) wadrita calung jinjing merupakan perkembangan dari bentuk calung Rantai/ calung Gambang , calung dalam bentuk ini sudah merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan .
calung jinjing berasal dari bentuk dasar calung rantay ini telah dibuat dalam empat bagian bentuk wadrita yang terpisah , keempat buah wadrita terpisah ini memainkan dengan cara dijinjing oleh empat pemain dan masing-masing memegang calung dalam fungsi berbeda . Wadrita calung terdiri dari 1 Kingking, 2 Panepas, 3 jongong, 4 gonggong sedangkan calung kingking jumlahnya limabelas nada / oktaf dala nada yang paling kecil ( teringgi )
Calung Panepas jumlahnya lima potong untuk lima nada (1Oktaf) nadanya merupakan sambungan nada terendah calung kingking dan dari lima nada tersebut ada yang yang dibagi dua ada yang digorok ( disatukan jongjong seperti halnya panepas yang berbeda hanya nadanya yang lebih rendah dari panepas ) nada panepas bentuknya selalu tinggi dibagi dua yaitu 3 potong untuk nada berturut-turut dari yang tinggi , dua potong untuk dua nada lanjutan
Calung Gonggong merupakan calung yang paling besar jumlahnya hanya dua bumbung yang disatukan keduanya dalam nada rendah diantara keseluruhan calung . Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal adalah calung jinjing .
Calung yang perkembangannya lebih mengarah pada kecalung dangdut ( caldut) lagu maupun musiknya ditambah drum, gitar, keybord dan memakai tata lampu untuk pertunjukannya. Di Kabupaten Bandung yang tercatat di Dinas Kebudayaahn dan Parawisata tersebar di Kecamatan maupun di desa-desa kurang lebih 40 group diantaranya Marahmay, Oces, Cinde agung, Sinar Pasundan, Mitra Siliwangi, Calawak Group, Mekar wangi, Gentra Priangan, Dangdiang, sariak layung dll.calung

Senin, 30 Desember 2013

Alat Musik Papua

Alat Musik Papua
orang papua mengisi setiap momen penting dalam kehidupannya  dengan jiwa seni yang tinggi. Selain berekspresi dengan seni ukirannya yang khas, mereka juga suka menari dan mendengarkan suara musik dari alat musik tradisional Papua. Walau jenis alat musik tradisional Papua yang masih sering dipakai hingga saat ini mungkin tidak sebanyak dimasa lalu. Selain karena makin kurangnya minat generasi muda untuk melestarikannya, juga mungkin karena pengaruh masuknya budaya seni modern ke dalam kehidupan masyarakat Papua.

• Tifa



Tifa merupakan alat musik khas Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku dan Papua. Alat musik ini bentuknya menyerupai kendang dan terbuat dari kayu yang di lubangi tengahnya. Ada beberapa macam jenis alat musik Tifa seperti Tifa Jekir, Tifa DasarTifa PotongTifa Jekir Potong dan Tifa Bas.
Tifa mirip dengan alat musik gendang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. Setiap suku di Maluku dan Papua memiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.
Tifa biasanya digunakan untuk mengiringi tarian perang dan beberapa tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang diiringi juga dengan alat musik totobuang, tarian tradisional suku Asmat dan tari Gatsi.
Alat musik tifa dari Maluku memiliki nama lain, seperti tahito atau tihal yang digunakan di wilayah-wilayah Maluku Tengah. Sedangkan, di pulau Aru, tifa memiliki nama lain yaitu titir. Jenisnya ada yang berbentuk seperti drum dengan tongkat seperti yang digunakan di Masjid . Badan kerangkanya terbuat dari kayu dilapisi rotan sebagai pengikatnya dan bentuknya berbeda-beda berdasarkan daerah asalnya.

• Triton


Berbeda dengan Tifa yang dipukul seperti gendang, Triton adalah alat musik tradisional Papua yang berupa alat tiup. Triton terdapat dihampir seluruh wilayah pantai seperti Kepulauan Raja Ampat, Biak, Teluk Wondama, Yapen Waropen, dan Nabire.

• Pikon



Pikon berasal dari kata pikonane. Dalam bahasa Baliem, Pikonane berarti alat musik bunyi. Alat ini terbuat dari sejenis bambu yang beruas-ruas dan berongga bernama Hite. Pikon yang ditiup sambil menarik talinya ini hanya akan mengeluarkan nada-nada dasar, berupa do, mi dan sol. Walau kelihatan sederhana, namun ternyata tak semua orang bisa menggunakan alat musik tradisional Papua ini.


Unsur-Unsur Musik


1.     Suara

Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalampanjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (Inggrispitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara ada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).

2.     Nada

Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayortangga nada minor, dantangga nada pentatonikNada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada dalam teori musik diatonis barat diidentifikasikan menjadi 12 nada yang masing-masing diberi nama yaitu nada C,D,E,F,G,A dan B. Serta nada-nada kromatis yaitu Cis/Des, Dis/Es, Fis/Ges, Gis/As, dan Ais/Bes.

3.     Ritme

Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktuBirama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).
 
4.     Notasi

Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horisontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, di samping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.

5.     Melodi

Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).
Melodi terbentuk dari sebuah rangkaian nada secara horisontal. Unit terkecil dari melodi adalah Motif. Motif adalah tiga nada atau lebih yang memiliki maksud atau makna musikal. Gabungan dari Motif adalah Semi Frase, dan gabungan dari Semi Frase adalah Frase (Kalimat). Sebuah Melodi yang paling umum biasanya terdiri dari dua Semi Frase yaitu kalimat tanya (Antisiden) dan kalimat jawab (Konsekuen).

6.     Harmoni

Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.

7.     Irama

Irama adalah panjang pendeknya nada yang ada dalam musik. Irama memberikan ketukan dalam musik. Pada lagu-lagu daerah di Indonesia sifat irama sangat sederhana, namun memiliki pola irama yang khas. Ada yang dinyanyikan tanpa iringan, ada pula yang dinyanyikan dengan iringan.

8.     Birama

Birama adalah ketukan dalam musik, biasanya tanda birama ditulis dengan angka pecahan. Contohnya: 2/4, 3/4, 6/8 dan seterusnya.
2/4 berarti Angka 2 (pembilang) menunjukan jumlah ketukan dalam satu birama, angka 4(penyebut) menunjukkan nilai nada, satu ketukan. Dapat pula diartikan pada satu ruas birama terdapat dua ketuk tiap satu ketuk harga not seperempat.

9.     Harmoni

Harmoni didasarkan pada paduan nada, yakni sekumpulan nada yang kedengarannya enak bila bersama-sama.



1.      Tangga Nada

Tangga nada, yaitu deretan nada yang disusun secara berjenjang. Tangga nada dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

A.  Tangga nada Diatonis, yaitu tangga nada yang menggunakan tujuh buah nada dengan dua macam jarak yaitu ½ dan 1.
B.  Tangga nada pentatonis, yaitu tangga nada yang menggunakan lima buah nada dengan jarak menurut aturan- aturan tertentu. Berdasarkan nadanya, tangga nada pentatonis dibagi menjadi dua yaitu pelog dan slendro.Alat Musik Papua

Minggu, 29 Desember 2013

Mandolin di Desa Pujungan

Mandolin di Desa Pujungan

Mandolin merupakan sebuah alat musik yang tergolong ke dalam golongan alat musik cordophone (berdawai) yang dimainkan dengan cara dipetik. Instrumen Mandolin memiliki kemiripan dengan alat musik Kecapi yang ada di Cina, Sunda dan Jawa Tengah, namun instrument Mandolin memiliki keunikan sendiri yaitu memiliki tuts seperti piano untuk menghasilkan nada yang diinginkan.
Di Bali daerah populasi insrtumen Mandolin pada umumnya terdapat di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan dan di Kabupaten Karangasem. Dipilihnya insrtumen Mandolin di Desa Pujungan untuk dijadikan objek penelitian ensambel music disebabkan oleh eksisnya keberadaan instrumen Mandolin di Desa Pujungan ini dari segi alat musik maupun organisasinya. Disamping itu Mandolin di Desa Pujungan telah dikenal di seluruh Bali bahkan di mancanegara secara kualitas alat musik dan kualitas permainan oleh sekeha Mandolin di Desa Pujungan itu sendiri.
Keberadaan instrumen Mandolin di Desa Pujungan diduga telah ada sejak masa puncak perdagangan di Bali yang dibawa oleh pedagang Cina. Menurut narasumber sekaligus pengerajin Mandolin di Desa Pujungan yaitu Bapak I Made Sunita, yang mengatakan asal muasal dari keberadaan instrumen Mandolin di Desa Pujungan disebabkan penemuan alat musik Mandolin oleh para tetua Desa Pujungan yang ditinggalkan oleh pedagang Cina. Sejak saat itu keberadaan instrumen Mandolin mulai berkembang dan dilestarikan sebagai warisan budaya (heritage culture) sampai saat ini.

Pembuatan instrumen Mandolin di Desa Pujungan di mulai sekitar tahun 1930-an oleh I Nengah Madya dan diteruskan secara turun temurun kepada generasi selanjutnya sampai ke generasi I Made Sunita yang memulai kegiatan memproduksi instrumen Mandolin dari tahun 1986 sampai sekarang. Selain sebagai seorang pengerajin Mandolin, I Made Sunita juga sebagai pemain dan pelatih Mandolin di Desa Pujungan yang telah mengeksiskan sekeha Mandolin Eka Merta Sari, Desa Pujungan sampai ke generasi muda saat ini,
2. Bentuk Instrumen Mandolin di Desa Pujungan
Pada dasarnya instrumen Mandolin memiliki persamaan bentuk dengan instrument Kecapi yang ada di Cina, Sunda dan Jawa Tengah (Siter). Namun instrumen Mandolin memiliki bagian-bagian khusus yaitu tuts sebagai penghasil nada dan alat penyetem suara. Disini perlu dibatasi bahwa Mandolin yang dimaksud adalah instrumen berdawai dengan terampa atau pelawah berbentuk persegi panjang dan memiliki tuts yang berfungsi sebagai penghasil nada-nada yang diinginkan. Hal ini perlu dipertegas karena terdapat instrumen Mandolin yang dikenal diseluruh dunia berbentuk seperti gitar dan dimainkan juga dengan dipetik namun menggunakan system akor (accord).
Bentuk dari instrumen Mandolin di Desa Pujungan adalah berterampa atau pelawahyang terbuat dari katu cepaka atau cempaka. Pada bagian terampa atau pelawahterdapat elemen-elemen seperti senar yang dipasang melintang, memiliki lubang resonator pada bagian kanan terampa atau pelawah, terdapat alat penyetem senar diujung kiri terampa, diatasnya terdapat tuts-tus yang dipasang sesuai dengan nada-nada yang diinginkan dalam instrument Mandolin.
Tuts-tuts didalam instrumen Mandolin disebut dengan panggul. Tuts-tuts atau panggul ini berbentuk lingkaran memiliki tangkai meyerupai tombol angka mesin tik kuno. Jumlah tuts atau panggul dalam instrumen Mandolin berjumlah…………. Sesuai dengan jumlah nada dalam instrument Mandolin.
Penyetem suara yang terletak di ujung kiri instrumen Mandolin bentuknya persis seperti alat peyetem instrumen gitar, biola, cello dan sebagainya. Alat penyetem suara ini dikaitkan langsung dengan senar yang terbentang sampai ke ujung kanan terampa. Jumlah alat penyetem ini tergantung dari banyak senar yang digunakan. Di Desa Pujungan sendiri jumlah senar tergantung dari klasifikasi jenis instrumen, seperti Mandolin jenis Pengater memiliki 4 sampai 5 senar. Sedangkan Mandolin jenisJublag dan Jegog menggunakan 6 buah senar.
Instrumen Mandolin di Desa Pujungan memiliki sebuah lubang resonator yang terdapat di ujung kanan terampa, yang terletak persis di bawah tempat memetik senar dengan alat bantu pemetik yang terbuat dari lempengan besi berbentuk segi tiga. Resonator ini berfungsi sebagai pembuat getaran dari suara senar agar mampu menghasilkan suara dengan tekstur bergelombang dan bergerinjal.
Laras yang digunakan dalam instrumen Mandolin tidak menggunakan system laraspelog atau selendro seperti gamelan lain di Bali, melainkan menggunakan standarisasi nada musik c=do dengan nada diatonisnya 1-2-3-4-5-6-7-1. Namun jika menggunakan nada pelog cukup memakai nada 1-3-4-5-7-1, sedangkan untuk menggunakan nada selendro dipakai nada 1-2-3-5-6-1.

5. Fungsi  Mandolin di Desa Pujungan
Di Desa Pujungan sendiri terdapat organisasi tempat melestarikan dan mengembangkan kesenian Mandolin yaitu sekeha Eka Merta Sari, Banjar Merta Sari. Mandolin di Sekeha ini biasanya dirangkaikan dengan instrumen lain seperti kendang, suling dan biola. Di Sekeha Mandolin Eka Merta Sari terdapat empat jenis Mandolin yaitu:
  • Mandolin Pengugal
  • Mandolin Pengater
  • Mandolin Jublag
  • Mandolin Jegogan


Permainan sangsih polos (off bict on bict) juga digunakan dalam permainan Mandolin.
Fungsi dari Mandolin di Desa Pujungan adalah sebagai pengiring upacara dan sebagai seni pertunjukan, Di dalam mengiringi prosesi upacara Mandolin bisanya memainkan gending iringan tari rejang. Sedangkan dalam konteks pertunjukan, Mandolin di Sekeha Eka Merta Sari telah melakukan pementasan di berbagai ajang budaya di Bali seperti tampil sebanyak tujuh kali di Pesta Kesenian Bali, pentas di Festival Tanah Lot, di Hotel-hotel dan berkolaborasi dengan seniman luar negri. Di dalam petunjukan Sekeha Eka Merta Sari memainkan lagu-lagu seperti berikut :
  • Mbok Nyoman
  • Dije Bulan
  • Merah Putih
  • Kicing-Kicing Cenik
  • Penglebar
  • Baris
  • Jejogedan
  • Topeng
  • Pengaksama. 
Mandolin di Desa Pujungan

Band Zivilia


Band Zivilia

Zivilia, band yang berasal dari Kendari, Sulawesi Tenggara ini merupakan salah satu band yang termasuk ke dalam kategori fenomenal. Hanya memiliki personil dua orang, tetapi Zivilia band mampu memberikan suatu nuansa musik baru dalam warna musik tanah air. Personil band Zivilia yang hanya dua orang yaitu Zulkifli atau Zul sebagai guitarist, pianist sekaligus merangkap vocalist, dan Idham Akbar yang tergabung dengan nama Zivilia mampu menjadikan hits-nya yang berjudul Aishiteru sebagai sebuah single yang membuat benderanya berkibar dalam semarak musik Indonesia.
Jadwal konser Zivilia November 2012
Di tv ataupun radio, single Aishiteru seringkali kita dengar. Secara perlahan warna musiknya yang bergenre Japanese Pop / J-Pop memberikan keunikan tersendiri dibalik trend-nya musik metal alias melayu total. Meski baru terbentuk setahun yang lalu, tetapi ternyata sang vocalist (Zul) telah memiliki pengalaman bermusik. Selama ia bekerja di Nagoya – Jepang, vocalist Zivilia yang berasal dari Kendari seringkali ngeband bersama rekan-rekannya di Jepang, sehingga warna musik Jepang sudah melekat dalam karakternya bermusik. Bahkan, dirinya sudah sering tampil di kedutaan Indonesia yang berada di Tokyo.
Meskipun cuma berdua, tetapi band Zivilia ini dulunya beranggotakan 4 orang dengan nama Zifhilia. Tetapi akhirnya berubah menjadi Zivilia dan hanya beranggotakan dua orang. Sedangkan untuk drummer-nya, Zivilia band menggunakan additional player. Dengan single-nya Aishiteru (Aku cinta kamu) Kemudian Zivilia band berdiri di bawah label Nagaswara.

Band Zivilia

Kamis, 26 Desember 2013

Cilokaq

Cilokaq 
berasal dari permainan sebuah gambus. Dengan gambus orang-orang membawakan lagu-lagu untuk mengisi waktu senggang dan sebagai pelepas lelah. Berangsur-angsur gambus ditambah dan dikombinasikan dengan alat musik lain sebagai pelengkap irama, melodi dan ritmis lagu-lagu yang dibawakan. Nama cilokaq diambil dari salah satu nama atau judul lagu yang digemari oleh masyarakat pada waktu itu. Arti cilokaq itu sendiri sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, namun ada pendapat yang mengatakan cilokaq berasal dari kata ”seloka” karena syair-syair yang dibawakan merupakan seloka.
Konon, Cilokaq merupakan seni musik yang bernafaskan padang pasir yang gubahan-gubahan lagunya bersumber dari nada gambus tunggal. Tetapi, dalam perkembangannya, musik Cilokaq dikembangkan lagi dengan penambahan alat-alat musik lainnya seperti jidur, suling, gitar, gendang (ketipung).
     Musik Cilokaq dulunya sebagai penghibur biasa, namun karena hanyak permintaan untuk mengisi berbagai acara akhirnya tidak dapat dihindari kalau seni musik asli Cilokaq mengikuti perkembangan yang ada.

Rabu, 25 Desember 2013

Alat Musik Gambus


Alat Musik Gambus




Gambus adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini memiliki fungsi sebagai pengiring tarian zapin dan nyanyian pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran.Gambus merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini memiliki fungsi sebagai pengiring tarian zapin dan nyanyian pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran.
Alat musik ini identik dengan nyanyian yang bernafaskan Islam. Dalam mengiringi penyanyi, alat musik ini juga diiringi dengan alat musik lain, seperti marwas untuk memperindah irama nyanyian. Bentuknya yang unik seperti bentuk buah labu siam atau labu air (My) menjadikannya mudah dikenal. Alat musik gambus juga dianggap penting dalam nyanyian Ghazal yang berasal dari Timur Tengah pada masa kesultanan Malaka. Kedatangan pedagang-pedagang Timur Tengah pada zaman Kesultanan Melayu Melaka telah membawa budaya masyarakat mereka dan memperkenalkannya kepada masyarakat di Tanah Melayu.

Ada beberapa jenis gambus yang dapat diperoleh di mana saja, terutama di kawasan tanah Melayu. Jenis-jenis tersebut, seperti gambus yang hanya mempunyai tiga senar dan ada juga gambus yang mempunyai 12 senar. Jumlah senar biasanya terpulang pada yang memainkannya. Selain dimainkan secara solo, alat musik ini dapat juga dimainkan secara berkelompok. Alat musik gambus dapat dimainkan di dalam perkumpulan musik-musik tradisional atau modern. Bila dikolaborasi antara alat-alat musik tradisional dengan modern akan menghasilkan irama yang merdu serta mempunyai keunikan tersendiri.
Cara pembuatan gambus tidak jauh berbeda dengan pembuatan kompang. Perbedaan itu terletak dari segi bentuknya saja. Gambus mempunyai ujung tempat menyetel senar, sementara kompang hanya dibuat bulat, lalu ditutupi dengan kulit sebagai membrannya. Gambus dibuat dari batang pohon dari jenis yang ringan seperti angsana (pterocarpus indicus) atau nibung (oncosperma tigillaria) yang dipilih. Pohon yang sudah ditebang, kemudian dipotong menurut ukuran yang telah tentukan. Selanjutnya pohon itu dilubangi di bagian tengahnya sehingga terbentuk seperti lubang yang dalam. Bagian ini dikenal sebagai bakal.
Bakal diperhalus dengan menggunakan kertas pasir (amplas), sehingga terlihat bersih dan halus. Setelah itu, bakal tersebut diolesi dengan minyak kelapa agar mengkilat. Setelah diolesi, bakal kemudian dijemur. Proses ini dilakukan berulang-ulang sehingga benar-benar kering dan mengkilat seperti yang diinginkan oleh pembuat gambus. Bagian yang berlubang ditutupi dengan kulit binatang. Kulit yang digunakan adalah kulit biawak (varannus rudicollis), ular atau kulit ikan pari. Sebelum kulit binatang dilekatkan, kulit tersebut terlebih dahulu direndam untuk beberapa hari. Tujuannya untuk melunakkan dan memudahkan ketika dipaku. Kulit yang sudah direndam dipaku pada bakal menggunakan paku laduh (My).
Langkah seterusnya ialah memasang penyiput (My). Penyiput adalah tanduk yang ditancapkan di bagian pangkal-atas gambus. Pada sebuah gambus, terdapat empat buah penyiput yang berfungsi untuk menyamakan dan menegangkan senar gambus. Kemudian, senar dipasang dengan cara mengikat hujungnya pada bagian pangkal-atas dan menariknya ke bagian ujung-bawah gambus. Senar tersebut kemudian dipaku. Proses ini terus diulangi hingga semua senar terpasang. Untuk memudahkan pemain memetik senar gambus, sebuah tanduk kerbau digunakan sebagai penyendal atau lebih dikenal sebagai kuda-kuda gambus.
Setelah selesai meletakkan penyendal, pemain gambus dapat memainkannya. Memainkan gambus juga memerlukan cara dan tekniknya. Pemain dapat menggunakan jari atau menggunakan pementing. Biasanya pemain lebih suka memetik gambus dengan menggunakan pementing karena mereka dapat memainkan alat musik tersebut dalam waktu yang agak lama.Alat Musik Gambus

.

Kamis, 12 Desember 2013

Ansambel

Ansambel

Ansambel musik di mana-mana memiliki struktur sosial internal mereka sendiri, biasanya mencerminkan bahwa masyarakat mereka pada umumnya dalam jenis mereka kepemimpinan, jumlah kebebasan yang tersedia untuk pemain individu, dan sebagainya. Para penonton untuk ensemble yang diberikan juga cenderung stratified sosial. Besar ansambel terpusat diarahkan cenderung ditemukan dalam masyarakat yang memiliki tatanan sosial yang kompleks birokrasi dan piramida. Kelompok tersebut paling biasanya dapat ditemukan berkerumun di sekitar pengadilan kerajaan atau pangeran dari China, Jepang, Korea, Jawa, Bali, dan Afrika Utara dan di pengadilan musik yang berasal dari Eropa dan Amerika. Dalam semua kasus ini repertoar lebih atau kurang tetap dan kuno tetap digunakan. Di Jepang dan Korea musik pengadilan telah berasal dari pengadilan musik kuno (dan tidak ada lagi yang masih ada) dari China. Kedua jenis instrumen senar digunakan di pengadilan musik Jepang adalah sitar (koto dan wagon ) dan kecapi (Biwa). Koto memiliki 13 senar dan biwa empat atau lima.
Itu gamelan orkestra Jawa, Indonesia , mempekerjakan tapi dua chordophones dalam ansambel, yang dinyatakan didominasi oleh melanda metalofon (instrumen dengan serangkaian batang logam), atau instrumen logam lainnya, seperti tuned set gong. The membungkuk rebab mungkin masuk orkestra dari Timur Tengah (di mana itu disebut rabab ) kadang-kadang di abad ke-15 atau ke-16, ketika sebagian besar Jawa memeluk Islam. Hal ini memainkan dalam mode geser sekitar pitches tetap orkestra, tradisional, pemain yang telah dirasakan oleh orang Jawa sebagai "raja" dari gamelan, dengan drummer sebagai nya A sitar disebut "perdana menteri." celempung atau siter, yang memiliki 20 hingga 26 string logam dalam program ganda, juga dapat didengar dalam gamelan.

Di Negara-negara Muslim di Timur Tengah maupun di Barat, instrumen senar mendominasi numerik dalam orkestra, ansambel klasik Maghrib , yang terutama melakukan suite Andalusia kuno, biasanya terdiri dari sekitar satu lusin musisi. Para instrumentalis termasuk sejumlah biola atau viola pemain, pemain rabab, kecapi ( ʿ UD ) pemain, drumer , dan kadang-kadang flutists , pemain cello , dan pianis . Semua pemain string yang memainkan melodi bersama-sama tapi tidak berbarengan, karena mereka diharapkan untuk bervariasi secara individu dengan ornamen dan bagian-bagian improvisasi. Ansambel ini biasanya dipimpin oleh seorang pemain ud ʿ yang menunjukkan lapangan , modus , suasana hati, perubahan tempo, dan sebagainya.

Jumlah yang lebih besar dari instrumen senar digunakan di Barat dan Afrika Utara orkestra tertunduk, Western orkestra , bagaimanapun, adalah khas dalam bahwa chordophones membungkuk ada dan dimainkan dalam keluarga ukuran lulus (biola, viola, cello , bass), dan fenomena ini berasal dari sejauh mana musisi Barat telah dihargai harmoni dan Komposisi multipart. Dalam pengembangan orkestra Barat, dua besar-tapi bertahap-perubahan telah terjadi selama berabad-abad: pertama, instrumen senar telah meningkat secara dramatis dalam nomor dalam orkestra, dan, kedua, catatan yang lebih tinggi dan lebih tinggi dan karenanya posisi jari yang lebih ekstrim telah menuntut pemain tali. Sosial dan musik, peran pemain dalam abad ke-18 awal simfoni (di mana tidak akan ada lebih dari dua atau tiga pemain untuk setiap bagian) sangat berbeda dari fungsi anonim memungkinkan pemain biola, misalnya, dalam ke-19 -abad simfoni oleh Hector Berlioz atau Gustav Mahler . Orkestra simfoni tampaknya mewakili penggabungan dua fungsional dan estetis yang berbeda kelompok bahwa Eropa abad pertengahan diduga berasal dari peradaban Arab. Salah satunya, digunakan untuk outdoor musik upacara, terdiri awalnya dari shawms (oboes), drum, dan terompet , yang lain, untuk dalam ruangan (chamber) digunakan, terdiri dari instrumen senar, instrumen perkusi tenang, dan seruling. Orkestra modern yang mempertahankan sisa-sisa dari kedua ansambel dalam pengaturan yang duduk, orkestrasi, dan kepemimpinan.

Dalam seni musik Barat, musik kamar (dilakukan oleh ansambel kecil, biasanya dengan satu instrumen per bagian) telah dipahami sejak pertengahan abad ke-18 menjadi sepenuhnya berbeda dari musik orkestra, di abad 17 dan 18 awal, namun, perbedaan akan sulit untuk menarik , karena tidak ada perbedaan yang jelas baik dalam musik, ukuran, atau posisi sosiologis dari dua jenis ansambel. Orkestra simfoni muncul karena permintaan kelas menengah untuk konser publik dan dari keinginan komposer setelah Revolusi Perancis untuk menyediakan musik demokrasi untuk rakyat, dengan demikian, khalayak massa menuntut orkestra besar, dan perkalian mencolok dari instrumentalis mempengaruhi string di atas semua lain.

ORANG-ORANG
TOPIK
Jepang menghargai sejumlah ansambel kamar-musik tradisional, ini, yang paling umum adalah sankyoku tersebut ("musik selama tiga") ensemble, biasanya digunakan untuk musik jiuta, melainkan menggunakan satu atau dua kotos, yang samisen (disebut, dalam jiuta , yang Sangen), dan shakuhachi (end-blown flute). Sebelum shakuhachi menjadi bagian standar dari ansambel (pada awal abad ke-20), tiga-senar membungkuk kecapi KOKYU digunakan sebagai gantinya. Pemain koto juga dapat menyanyi. Di jiuta koto memainkan melodi utama, dan instrumen lain secara bersamaan menghasilkan varian itu. Sebuah tradisional Jepang mengatakan picturesquely menggambarkan musik ensemble ini dengan mempersamakan koto ke tulang, samisen (Sangen) daging, dan shakuhachi pada kulit.

The ensemble dasar di Selatan India ( Karnatak ) musik terdiri dari pesawat tak berawak instrumen (biasanya kecapi berleher panjang tambura ), instrumen ritme (sering drum disetel ( mridangam ), dan vokalis atau instrumentalis untuk membawa melodi utama. Kelompok ini sering ditambah untuk memasukkan instrumen tambahan, namun unsur dasar harus hadir. Seorang pemain biola sering ditambahkan sebagai pengiring untuk penyanyi. Dalam peran pendukung seperti, pemain biola harus mampu tidak hanya untuk bermain bersama-sama dengan penyanyi di potong tetap tetapi juga untuk mengikuti bagian improvisasi sangat rumit, sambil berpegang pada yang benar raga (kerangka melodi) dan tala (framework berirama). Sebuah kelompok analog di Hindustan tradisi India Utara (serta Pakistan dan Bangladesh) mungkin termasuk lutelike sitar atau sarod sebagai instrumen solo, dengan iringan tabla (sepasang drum), dan dengung. Seringkali biola, atau sarangi , menyertai penyanyi. Ansambel Asia Tenggara seperti Thailand mahori dapat menyertai penyanyi dengan kecapi membungkuk (saw), kecapi dipetik (krajappi), dan jenis kecapi-kecapi yang dimainkan oleh musisi duduk di lantai (jakhe). Flute dan perkusi ringan juga dapat menjadi bagian dari ansambel.

Prinsip agak mirip berlaku dalam musik Arab dan Turki klasik: ansambel kamar-musik yang disebut takht harus menyertakan instrumen-biasanya string-bermain melodi dan berimprovisasi di bagian pengantar yang dikenal sebagai Taqsim dan perkusi instrumen untuk menangani mode berirama, yang dikenal sebagai IQA ʿ di . Dalam musik Yunani, unsur harmoni ditambahkan ke sistem pada dasarnya modal sehingga instrumen solo (biasanya klarinet atau biola) memainkan melodi yang sangat dihiasi dan instrumen lain (gitar, atau laouto) memainkan latar belakang chordal dan menjaga pola ritmis menegaskan. Ansambel serupa ditemukan di Amerika dan di Afrika.

Di Puerto Rico musik tradisional, gitar memainkan harmoni, kecapi 10-senar dengan 5 program ganda ( cuatro ) memainkan melodi dengan penyanyi, dan scraper (guiro) dan drum ( timbales ) menghasilkan bagian berirama. Di antara Imazighen ( Berber ) dari Afrika Utara, kelompok musisi profesional keliling biasanya bermain satu atau dua gimbrī (kecapi), biola satu-senar (render melodi yang sangat dihiasi), dan perkusi. Di Senegal , kecapi mirip dengan gimbrī yang dimainkan oleh penyanyi-sejarawan dikenal sebagai griot , sering dalam ansambel dari tiga atau empat seruling, drum, dan bergetar . Amerika Utara bluegrass gaya Appalachia sebagian besar sesuai dengan pola ini Afrika instrumentasi, ensemble biasanya hanya mencakup membungkuk dan memetik senar dan penyanyi.

Batu kelompok mewakili perpaduan tradisi Afrika dan Eropa. Khas batu ansambel menggunakan dipetik listrik instrumen senar, instrumen listrik keyboard, suara, dan drum. The gitar listrik memainkan melodi, dan bass listrik membuat bagian bass. Dalam berbagai campuran Utara dan Amerika Selatan dari Afrika, Eropa, dan tradisi adat, unsur Afrika meliputi instrumen perkusi dan kecapi kulit-bellied (banjo), unsur Eropa termasuk gitar kayu-bellied dan cuatro serta bagian-bagian bass ; scraper sering berasal dari musik asli Amerika , dan gaya bernyanyi mungkin berasal dari salah satu dari empat tradisi.Ansambel