Jumat, 17 Januari 2014

gendang beleq

Gendang Beleq

Salah satu kesenian khas Lombok adalah Gendang Beleq (gendang besar). Kumpulan alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditabuh berkelompok.

Disebut Gendang Beleq karena salah satu alat musik yang ditabuh berukuran beleq, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti besar.  Gendang beleq dibuat dari batang pohon besar yang bagian tengahnya dilubangi dan dilapisi dengan kulit kambing, sapi, atau pun kerbau.
Gendang Beleq sendiri pada dasarnya merupakan alat musik akan tetapi lebih dari itu penyajian gendang beleq merupakan seni tari yang memeliki keunikan  dan ke khas an tertentu sebagai sebuat tarian.

Gendang beleq yang terdiri dari dua kata merupakan penggabungan bahasa Indonesia dan Sasak. “Beleq” dari bahasa Sasak berarti besar sedangkan gendang hanya penambahan karena bentuknya yang menyerupai gendang pada umumnya di Indonesia. Gendang beleq biasa dimainkan bersamaan dengan alat musik lainnya seperti gong, terumpang, pencekoncer, dan seruling. Dengan suara yang ramai, pertunjukan gendang beleq sangat menghibur.
Kelengkapan lain dalam instrumen gendang beleq adalah sejumlah alat musik lain seperti oncer (gong), gong, reong (gong chime) dan petuk, dan sejumlah alat musik idiofonik lain (ceng-ceng, saron, calung, rincik) serta instrumen melodis, suling. Demikian kata Mursip, pelestari budaya Sasak di Yayasan Sasak Pulaye Kendase kepada ExoticLombok (LOMBOKITA Group),

Perlengkapan Gendang Beleq umumnya masih disakralkan atau jika di dalam bahasa Sasak masih dianggap maliq. Maliq yaitu tabu untuk dianggap remeh atau direndahkan, jika maliq ini dilanggar akan mendapatkan akibat fatal bagi yang melanggarnya baik berupa magis atau fisik.

Akibat fatal ini disebut dengan tulah manuh (kena batunya), dan mendapat tulah karena melanggar sesuatu yang dianggap maliq.

Sementara itu, bentuk kesenian tradisional Gendang Beleq yang ditemukan dewasa ini adalah perkembangan bentuk dari pengaruh kesenian Bali yaitu Tawaq-Tawaq.
Perubahan bentuk kesenian ini pertama kali terjadi sekitar tahun 1800 Masehi, ketika Anak Agung Gede Ngurang Karang Asem memerintah di Gumi Sasak (Pulau Lombok).
Sebelumnya, kesenian Gendang Beleq hanya terdiri atas sebuah Jidur (gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah suling.
Demikian besarnya pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu, sehingga peralatan kesenian ini berkembang sesuai dengan alat yang digunakan pada kesenian tawaq-tawaq.
Tetapi, agar tidak meninggalkan nilai-nilai Islam, para seniman suku Sasak pada waktu itu tetap mempertahankan bentuk gendang besar yang menyerupai beduq yang biasa digunakan di masjid.
Selain itu, jumlah personil yang digunakan pun dibatasi pada jumlah 13 atau 17 orang pemain. Bilangan ini menunjukkan bilangan rakaat dalam shalat.
Demikian juga tata cara memainkan alat ini merupakan perwujudan dari pelaksaan salat berjamaah dan tuntunan hidup bermasyarakat dengan nilai-nilai keislaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar