Perjalanan Karir Armada Band
awalnya Pada tahun 2005, Rizal (vokal), Radha (gitar), Andit (drum), Endra (bas), dan Argha (gitar) mendirikan grup musik Bernama Kertas Band.
Mereka iseng-iseng merekam beberapa lagu yang lantas dikirim ke radio lokal. Tak dinyana, lagu-lagu buatan mereka mendapat respons bagus penikmat musik di Tanah Palembang , saking populernya, beberapa lagu mereka bisa didapatkan dengan mudahnya di lapak-lapak bajakan. "Kami kaget, kok lagu-lagu kami bisa muncul bentuk kompilasi," kata Rizal.
Pastinya pembajakan itu berdampak baik buat Kertas Band. Beredarnya barang rekaman ilegal itu membuat Kertas Band populer, terutama di Sumatera. Buntutnya, tawaran manggung mulai singgah ke band ini.
Sampai suatu saat, ketika manggung di salah satu daerah di Sumatera, seorang produser dari Jakarta menawari rekaman di Jakarta. Mereka juga berjanji mendistribusikan album itu secara nasional. Tanpa pikir panjang lagi, kuintet ini mengiakan tawaran itu.
Rizal dkk lalu pergi ke Jakarta untuk rekaman. Sekadar informasi, banyak musisi senior yang membantu penggarapan album debut mereka seperti Adith The Fly, Benny Vena, Ian Protonema, Heydie Ibrahim eks Power Slaves, DD Crow Roxx, dan Andy Juliet. Sekitar Desember 2006, album debut Kekasih Yang Tak Dianggap dirilis ke pasaran.
Debut mereka bisa dibilang lumayan sukses. Singel "Kekasih Yang Tak Dianggap" berhasil memuncaki tangga lagu radio di seluruh Indonesia. Belakangan, lagu itu malah dijadikan soundtrack sinetron dan dinyanyikan ulang Pinkan Mambo.
Sayang, meski namanya mulai berkibar, secara finansial band ini belum terangkat. Maklum, label tak pernah memberikan penjelasan yang transparan soal fee, royalti, pembayaran show dan izin penggunaan lagu-lagu mereka untuk berbagai aktivitas komersial.
Rupanya eforia rekaman album membuat Kertas Band terlena. Kontrak album tidak dipelajari dengan saksama, termasuk urusan uang.
"Dari awal kami malah enggak dapat apa-apa dan enggak tahu apa-apa soal apa-apa yang kami terima," ujar Endra.
Mereka lalu mempersoalkan ini kepada label. Bukannya mendapatkan hak mereka, label malah meminta ganti rugi sekitar Rp 350 juta karena merasa sudah mengeluarkan bujet untuk biaya promosi. Belakangan angka tuntutan itu membesar menjadi Rp 1,3 miliar.
Persoalan hukum ini membuat personel Kertas Band down. Argha bahkan memilih kembali ke Palembang, karena tak kuat menghadapi tekanan proses persidangan.
Tapi toh hidup harus jalan terus. Saat menjalani proses hukum, Kertas Band mencoba berkarya kembali. Seolah ingin buang sial, mereka mengganti identitas kolektif dari Kertas menjadi Armada Band. Nama itu gabungan inisial mereka.
Selain nama baru, mereka juga masuk ke manajemen baru. Tak mau terjatuh ke lubang yang sama untuk kedua kali, mereka lebih berhati-hati dalam semua perjanjian yang menyangkut band ini.
"Tak enaknya, nama baru ini membuat kami sering dikira pendatang baru. Tapi tak apa-apa. Kami sudah siap dengan konsekuensi itu kok," bilang Rizal.
Tahun 2008, Armada merilis album Balas Dendam dengan label dan manajemen baru. Judul album ini secara eksplisit merupakan pengejawantahan rasa kesal terhadap peristiwa yang menimpa mereka.
Secara eksplisit, kekesalan itu juga ditumpahkan dalam lirik lagu. Simak saja lirik "Gentayangan": Dan tak bisa aku terima/perbuatanmu yang timbulkan luka/saat aku coba untuk setia/engkau malah mulai bermain gila.
Meski di sana-sini banyak yang berubah, ada satu yang bertahan. Ciri Melayu yang melekat pada vokal Rizal, masih kentara di album kedua. Secara musikal, pun tak banyak berpijak dari format musik Kertas. Sayang, nama baru ini belum menunjukkan tuahnya. Pencapaian album ini tak secerah sebelumnya.
Peristiwa pahit album pertama mereka serta gagalnya album kedua tidak serta-merta mematikan semangat anak-anak Palembang ini. Semangat berkarya mereka terus menyala.
Akhir tahun lalu, Armada merilis album Hal Terbesar yang dirilis di bawah bendera E-Motion Entertainment.
Album ini terdiri dari 10 lagu bertemakan cinta dengan segala problematikanya. Berbeda dengan album Balas Dendam yang cenderung lebih ngerock dan dan sarat emosi, di album ini Armada lebih mengandalkan harmonisasi dan mengedapankan kesan keindahan pada setiap lagunya.
Pilihan musik seperti ini ternyata manjur. Singel "Buka Hatimu" sukses mengambil hati para pendengar dan membuat Pasukan Armada, sebutan untuk penggemar Armada, bertambah banyak. Ringback tone lagu ini kabarnya sudah diunduh lebih dari 3 juta kali.
Kiprah band ini makin menanjak setelah melempar singel kedua, "Mau Dibawa Kemana". Singel itu membawa Armada menjadi band paling menonjol saat ini.
"Setelah lika-liku yang telah kami lalui, kami bersyukur bisa berada di posisi sekarang ini. Dan rasanya, tak sia-sia kami berganti nama," bilang Rizal..Perjalanan Karir Armada Band
Tidak ada komentar:
Posting Komentar